Network
WartaSidoarjo.com - Beberapa orang dapat dengan mudah mendedikasikan waktu berjam-jam atau bahkan berhari-hari untuk tidak melakukan apa-apa selain istirahat.
Mereka dapat tidur siang di siang hari, tidur larut malam jika mereka membutuhkannya, sengaja tidak melakukan apa-apa karena merasa sangat lelah dengan rutinitas sehari hari.
Namun bagi sebagian orang, beristirahat terasa sangat sulit. Penyebabnya salah satu adalah tekanan sosial. “Secara budaya, kami merasa sangat sulit untuk beristirahat atau tidak melakukan apa-apa karena kami telah diajari selama bertahun-tahun bahwa sibuk itu baik dan entah bagaimana itu membuat kami merasa divalidasi,” kata Chatty.
'Untuk maju dalam masyarakat, kita diberitahu bahwa kita harus mengikuti, terus bergerak, terus berprestasi, jadi momentum itulah yang mencegah kita untuk mendapatkan waktu istirahat yang cukup.
Kemudian, jika Anda sedang bersantai, entah itu selama lima menit atau lebih, ada ketakutan Anda akan dianggap malas, atau orang berpikir Anda harus melakukan sesuatu yang lain dengan waktu Anda. Ini menjadi tertanam dalam diri orang orang saat ini, terutama yang tinggal di wilayah perkotaan dengan tingat mobilitas yang tinggi.
Apa yang sebenarnya dianggap sebagai istirahat?
Apakah jalan cepat atau jogging ringan masih merupakan istirahat? Atau perlu diam? Chatty mengatakan Anda perlu melepaskan diri dari teknologi dan layar, tetapi kriteria lain apa yang diperlukan untuk benar-benar mendapatkan istirahat yang baik?
'Membedakan antara kelelahan mental dan fisik penting ketika menyesuaikan pemulihan apa yang Anda butuhkan dan kapan,' kata Stephen Price selaku founder of fitness and wellness brand Movementum.
