Network
WartaSidoarjo.com - Inflasi inti Singapura naik menjadi 5,5 persen tahun ke tahun di bulan Januari, tertinggi sejak November 2008, data resmi menunjukkan pada hari Kamis (23 Februari).
Ini naik dari 5,1 persen yang tercatat pada Desember tahun lalu. Inflasi inti tetap tidak berubah selama tiga bulan dari Oktober hingga Desember tahun lalu.
Kenaikan pada bulan Januari didorong oleh kenaikan tarif Pajak Barang dan Jasa (GST), serta inflasi yang lebih tinggi untuk jasa, makanan dan ritel dan barang lainnya, kata Otoritas Moneter Singapura (MAS) dan Kementerian Perdagangan dan Industri ( MTI).
Indeks harga konsumen inti naik sebesar 0,8 persen pada basis bulan ke bulan, sebagian karena efek satu kali dari kenaikan GST satu poin persentase dan efek musiman terkait dengan Tahun Baru Imlek, tambah MAS dan MTI.
Terakhir kali inflasi inti Singapura mencapai 5,5 persen adalah pada November 2008. Inflasi inti tidak termasuk biaya akomodasi dan transportasi pribadi.
Baca Juga: Kuasai Pasar Smartphone Indonesia, Petinggi Oppo Kunjungi RI
Indeks harga konsumen utama, atau inflasi keseluruhan, adalah 6,6 persen tahun-ke-tahun di bulan Januari, lebih tinggi dari 6,5 persen yang tercatat di bulan Desember 2022. Hal ini mencerminkan kenaikan inflasi inti dan inflasi akomodasi yang lebih tinggi.
"Kondisi permintaan di ekonomi utama telah melemah sementara gesekan rantai pasokan terus mereda," kata MAS dan MTI. “Harga komoditas energi dan pangan telah mencapai puncaknya pada tahun 2022 tetapi tetap tinggi.
Sementara itu, pasar tenaga kerja di negara-negara maju utama masih ketat, membuat tekanan upah tetap kuat.
