Network
WartaSidoarjo.com - Presiden AS Joe Biden berangkat pada Minggu (9 Juli) dalam perjalanan tiga negara yang akan didominasi oleh KTT NATO di Lituania yang bertujuan untuk menunjukkan solidaritas dengan Ukraina dalam perjuangannya melawan Rusia sementara belum menerima Kyiv sebagai anggota dari persekutuan.
Perhentian pertama Biden adalah di London, di mana dia akan bertemu dengan Perdana Menteri Inggris Rishi Sunak di 10 Downing Street pada hari Senin dan kemudian melakukan perjalanan ke Kastil Windsor untuk mengunjungi Raja Charles.
Pembicaraan dengan raja, yang diharapkan mencakup inisiatif iklim, akan memberi Biden pemahaman yang lebih besar tentang pria yang menggantikan ibunya, Ratu Elizabeth, yang meninggal September lalu.
Biden minum teh dengan ratu di Windsor pada Juni 2021 dan mereka membahas banyak masalah yang sama yang tetap menjadi prioritas utama saat ini, seperti Rusia dan China. Biden akan melakukan perjalanan ke Vilnius, Lituania, pada Senin malam dan mengadakan pembicaraan dengan para pemimpin NATO di sana pada Selasa dan Rabu.
Biden dan sekutunya bertujuan untuk menunjukkan dukungan bagi Ukraina dan memberi Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy gambaran tentang apa yang harus dia lakukan untuk mendapatkan keanggotaan NATO di masa depan.
Dalam wawancara CNN yang meninjau perjalanannya, Biden mendesak kehati-hatian untuk saat ini pada upaya Ukraina untuk bergabung dengan NATO, dengan mengatakan aliansi itu dapat terseret ke dalam perang dengan Rusia karena pakta pertahanan bersama NATO.
"Saya kira tidak ada kebulatan suara di NATO tentang apakah akan membawa Ukraina ke dalam keluarga NATO atau tidak sekarang, pada saat ini, di tengah perang," kata Biden.
Inti dari kunjungan Biden ke Lituania adalah pidato yang akan dia sampaikan di Universitas Vilnius pada Rabu malam.
Penasihat keamanan nasional Gedung Putih Jake Sullivan mengatakan kepada wartawan bahwa pidato tersebut akan mencakup visi Biden tentang "Amerika yang kuat dan percaya diri diapit oleh sekutu dan mitra yang kuat dan percaya diri menghadapi tantangan signifikan di zaman kita, dari agresi Rusia di Ukraina hingga krisis iklim."
