12 Fakta Gempa Bawean Gresik, Kerusakan sampai Madura hingga Berpotensi Terjadi Lagi, Ini Kata BMKG

24 Maret 2024, 18:55 WIB
12 Fakta Gempa Bawean Gresik, Begini Kata BMKG /ANTARA FOTO/ Rizal Hanafi

WartaSidoarjo.com - Berikut 12 fakta mengenai gempa yang terjadi di Pulau Bawean, Kabupaten Gresik, Jawa Timur, Jumat (22/3/2024).

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengatakan, gempa yang terjadi di Pulau Bawean Gresik tersebut berkekuatan magnitudo 5,9 dan 6,5.

Imbas gempa di Bawean Gresik tersebut, ribuan bangunan yang berada di Kecamatan Sangkapura dan Kecamatan Tambak mengalami kerusakan. 

Selain di Pulau Bawean, gempa tersebut juga menyebabkan kerusakan di sejumlah daerah di antaranya Surabaya, Lamongan, dan Pamekasan Madura.

Adapun, gempa susulan berpotensi kembali terjadi sehingga warga diimbau untuk tetap waspada. Selengkapnya, berikut 12 fakta gempa di Pulau Bawean Gresik.

1. Termasuk Gempa Kerak Dangkal

Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono mengatakan, gempa Bawean merupakan jenis gempa kerak dangkal.

"Gempa kerak dangkal itu dipicu oleh aktivitas sesar aktif dengan mekanisme geser atau mendatar di Laut Jawa," ujar Daryono dalam keterangannya yang diterima di Jakarta, Minggu (24/3/2024), dilansir Warta Sidoarjo dari ANTARA.

2. Bersifat Merusak

Selain itu, gempa Bawean bersifat merusak atau destruktif. Bahkan, kerusakan terjadi hingga di sejumlah daerah di Jawa Timur.

Beberapa daerah yang terdampak yakni Gresik, Tuban, Surabaya, Sidoarjo, Lamongan, Bojonegoro, Pamekasan Madura, dan Banjarbaru.

3. Guncangan Terasa hingga Jauh 

BMKG juga menuturkan, gempa yang terjadi di Bawean memiliki guncangan berspektrum luas. Hal tersebut membuat dampak guncangan terasa hingga jauh.

Beberapa daerah yang merasakan guncangan antara lain Banjarmasin, Banjarbaru, Sampit, Balikpapan, Madiun, Demak, Semarang, Temanggung, Solo, Yogyakarta, Kulon Progo, dan Kebumen.

4. Tidak Berpotensi Tsunami

Meski dampaknya dirasakan hingga jauh, namun gempa Bawean tidak berpotensi Tsunami. Daryono mengatakan, hasil pemodelan tsunami BMKG menunjukkan bahwa gempa Bawean tersebut tidak berpotensi tsunami.

Ia menuturkan, data lapangan hasil monitoring muka laut dengan menggunakan Tide Gauge milik Badan Informasi Geospasial (BIG) di Karimunjawa, Lamongan, dan Tuban menunjukkan muka laut yang normal tanpa ada anomali catatan tsunami.

5. Dinilai Gempa Tak Lazim

Masyarakat awam menilai bahwa gempa Bawean termasuk gempa tidak lazim. Hal itu karena terjadi di wilayah yang jarang terjadi gempa dangkal.

Adapun, gempa yang terjadi tersebut terpusat di zona aktivitas kegempaan rendah.

Daryono menuturkan wilayah Laut Jawa lazimnya menjadi episenter gempa-gempa hiposenter dalam akibat deformasi slab Lempeng Indo-Australia yang tersubduksi di bawah Lempeng Eurasia, tepatnya di bawah Laut Jawa dengan kedalaman sekitar 500–600 km.

6. Dapat Terjadi Berulang

BMKG juga menyampaikan bahwa gempa dapat terjadi berulang. Diketahui, gempa Bawean berpusat di zona Sesar Tua Pola Meratus. 

Gempa tersebut menunjukkan bahwa ternyata jalur sesar di Laut Jawa masih aktif. Oleh sebab itu, masyarakat diimbau untuk waspada terhadap keberadaan sesar aktif dasar laut yang jalurnya dekat Pulau Bawean.

"Gempa dapat berulang dan terjadi kapan saja. Meskipun termasuk dalam zona kegempaan rendah, Laut Jawa utara Jawa Timur tetap memiliki potensi gempa karena secara geologi dan tektonik terdapat jalur Sesar Tua Pola Meratus," Daryono menjelaskan.

7. Dipicu Reaktivitas Sesar Tua

Kemudian, gempa Bawean terjadi karena dipicu reaktivasi sesar tua. Episenter Gempa Bawean terletak tepat di jalur sesar yang sudah terpetakan.

Jika mencermati lokasi pusat Gempa Bawean, maka tampak episenter terletak tepat pada jalur Sesar Muria (Laut).

"Jalur sesar itu berada di zona Sesar Tua Pola Meratus. Salah satu jalur sesar di zona Pola Meratus ini diduga mengalami reaktivasi dan memicu gempa," katanya.

8. Gempa Susulan Bermagnitudo Lebih Besar

Gempa Bawean memiliki gempa susulan dengan magnitudo lebih besar, yaitu sebesar 6,5. Sementara itu, gempa pertama berkekuatan magnitudo 5,9.

"Hal itu bisa terjadi karena asperity atau bidang bakal geser di bidang sesar yang ukurannya lebih besar mengalami pecah belakangan. Salah satunya karena dipicu tekanan dari gempa pertama dengan aspertity yang ukurannya relatif lebih kecil. Bidang sesar yang pecah pertama kali adalah asperity pada struktur batuan yang lebih lemah, sehingga mengalami pecah duluan sebagai gempa pembuka," jelas Daryono

9. Penyebab Banyak Gempa Susulan

Diketahui, gempa susulan di Bawean cukup banyak. Hal itu lantaran karakteristik gempa kerak dangkal di Bawean terjadi pada batuan kerak bumi permukaan yang batuannya bersifat heterogen.

Kerak bumi tersebut mudah rapuh dan patah. Hal tersebut berbeda dengan gempa kerak samudra yang batuannya bersifat homogen dan elastik sehingga tidak terlalu banyak gempa susulan, bahkan terkadang tanpa gempa susulan meskipun magnitudo gempanya cukup besar.

10. Frekuensi Gempa Menurun

Dari hasil monitoring BMKG hingga Minggu pukul 10.00 WIB, tercatat ada 239 kali gempa dengan frekuensi kejadian yang semakin jarang.

Jika pada Jumat (22/3/2024) dalam satu jam dapat terjadi 19 kali gempa, maka data terkini menunjukkan dalam 1 jam terjadi 2–3 kali gempa.

11. Menambah Catatan Gempa Kuat di Laut Jawa

Gempa Bawean menambah catatan gempa kuat di Laut Jawa. Sebelumnya, hanya terjadi 4 kali gempa kuat di Laut Jawa tidak banyak, yaitu pada 1902, 1939, 1950, dan terkini pada 2024.

12. Ancaman Gempa di Jatim

Fakta terakhir, gempa Bawean memberi pelajaran penting bahwa ancaman gempa merusak di Jawa Timur tidak hanya berasal dari selatan, yaitu sumber gempa subduksi lempeng dan sesar-sesar aktif di daratan, tetapi juga dari sumber-sumber gempa di Laut Jawa di utara Jawa Timur.

Editor: Christine Ayu

Sumber: ANTARA

Tags

Terkini

Terpopuler