Ini Kisah C. Timbul Sri Rahayu, Nenek yang Lulus Profesi Guru

- 15 Maret 2023, 21:37 WIB
C. Timbul Sri Rahayu
C. Timbul Sri Rahayu /Unusa

Wartasidoarjo.com - Perempuan yang bernama C. Timbul Sri Rahayu merupakan salah satu dari 201 peserta yang dilantikan dan diambil sumpahnya pada Rabu (15/3) siang. Ia memperoleh gelar baru sebagai guru profesional setelah mengikuti Pendidikan Profesi Guru (PPG) Sekolah Dasar di Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa).

Ia mengajar sejak 35 tahun lalu, tepatnya pada tahun 1988. Dia memulai kariernya sebagai seorang guru di Sekolah Dasar (SD) Katolik Santa Maria, Kotabaru, Pulau Laut, Kalimantan Selatan.

Pada awalnya, perempuan kelahiran Magelang, 3 Oktober 1969 ini, tidak pernah membayangkan untuk menjadi guru, apa lagi untuk mengajar di SD. Awalnya ia berharap jadi seorang prajurit negara seperti sang ayah, tetapi orang tua tidak mengizinkan. Kemudian oleh saudaranya, dia didaftarkan di Sekolah Pendidikan Guru (SPG) Van Lith, Muntilan, Kab. Magelang, Jawa Tengah.

"Ternyata peminat untuk menjadi guru banyak sekali, hal ini terlihat ketika banyaknya mendaftar di SPG. Saya mulai berusaha mencintai pendidikan guru. Dan setelah lulus, saya dipanggil oleh yayasan yang dimiliki oleh perkumpulan para biarawati. Pihak sekolah tersebut mengatakan, bahwa tidak ada seorang pun yang mau ke Kalimantan untuk mengajar di sana. Maka saya memberanikan diri untuk pergi ke Kalimantan bersama guru yang telah mengajar di sana," ungkapnya.

Sesampai di sana, ternyata dia belajar banyak hal melalui anak-anak yang masih polos, baik bahasa, emosi, maupun cara pandangnya pada setiap anak. Dan yang pasti dapat belajar mengendalikan diri untuk tidak mudah marah, apalagi kalau menghadapai anak-anak yang dijauhi temannya karena suatu hal yang berbeda dari teman yang lain.

"Sejak saat itu, saya memantapkan diri untuk tetap mengajar di SD, meskipun pernah mendapat tawaran mengajar di Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA)," ungkap perempuan yang pernah menjabat sebagai Sekertaris Wanita Katolik, Ranting Kotabaru, Kalimantan Selatan tahun 1990–1999 ini.

Dia mengungkapkan bahwa keluarganya sangat mendukung sekali terhadap studi PPGnya ini, meskipun usianya tidak muda lagi. Karena dia hanya tinggal bersama anaknya yang masih kelas 2 SMP, dia sangat memahami bahwa ibunya sedang repot dan banyak tugas.

"Tempat kerja, semua pihak mendukung bahkan memberikan kelonggaran waktu dan menyiapkan guru pengganti untuk kegiatan belajar mengajar di kelas," ungkapnya.

Dia Berharap bagi teman-temannya, meskipun sudah selesai PPG, tetapi tetap harus selalu berjuang untuk menambah wawasan dan menambah pengetahuan melalui siapa pun, jangan merasa puas dengan apa yang sudah kita pahami.***

Editor: Husni Habib


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x