Peneliti Hong Young Oh, yang memimpin penelitian tersebut, mengatakan untuk sebagian besar dari mereka yang membatasi gerakan pasangannya.
Perilaku tersebut berasal dari sikap patriarki yang mengakar pada pria Korea Selatan.
“Tingginya jumlah tindakan tersebut menunjukkan bahwa pelaku sendiri tidak menyadari atau tidak mengakui tindakan mereka sebagai pelecehan kencan. Tetapi korban yang aktivitasnya dibatasi oleh pacar mereka mengatakan sangat serius ingin putus,”
Studi ini juga menunjukkan bahwa perempuan Korea yang menerima kekerasan, biasanya melihat langsung di keluarganya di masa kecil.
Begitu pula dengan pelaku, para laki-laki ini mengalami ketidakstabilan emosional karena melihat orang tuanya memukuli ibunya. Hal ini dikaitkan dengan berbagai jenis tindakan kekerasan oleh pelaku saat berkencan.
Awal Agustus 2017, data dari Badan Kepolisian Nasional menunjukkan bahwa 8.367 orang didakwa atas tuduhan kekerasan fisik terhadap pasangan mereka.
Angka ini naik 8,8 persen dari tahun sebelumnya. Jumlah total kasus penyerangan fisik di sini adalah 305.957 pada tahun sebelumnya.***