Bahaya Konsumsi Produk Kental Manis untuk Balita maupun Remaja

30 Januari 2023, 09:21 WIB
Ilustrasi Susu Kental Manis. /Pixabay/TheUjulala

WartaSidoarjo.com - Tak hanya resiko gizi buruk dan stunting pada anak-anak, namun remaja dan dewasa pun rentan mengalami kekurangan gizi.

 

Salah satunya penyebabnya adalah minimnya edukasi dan kesadaran masyarakat akan asupan makanan bergizi.

 

Ketua Persagi DPC Tangerang Selatan, Ari Retno, menyampaikan hal-hal mendasar mengenai gizi keluarga yang harus dipahami oleh masyarakat.

Baca Juga: Tidur Miring atau Terlentang? yang Mana Lebih Bagus untuk Kesehatan?

 

Ari mengakui tingkat kesadaran masyarakat sangat rendah. Masyarakat juga terlihat tidak peduli akan makanan dan minuman yang dikonsumsi oleh keluarga. Salah satunya adalah kebiasaan pemberian kental manis untuk minuman susu anak.

 

“Kita perlu menginformasikan ke masyarakat bahwa susu kental manis itu lebih banyak gulanya, kandungannya mencapai 50 persen,” jelas Ari.

 

Masih belum menjadi kebiasaan di masyarakat kita untuk memperhatikan kandungan gizi suatu produk sebelum mengkonsumsinya. Masyarakat masih lebih mudah termakan pesan-pesan yang beredar melalui sosial media ataupun iklan.

 

Jadi tidak heran bila hingga saat ini masih banyak balita mengkonsumsi kental manis sebagai minuman susu.

 

Karena pengaruh diiklankan sebagai minuman susu selama puluhan tahun telah mempengaruhi persepsi orang tuanya.

 

Karena itu edukasi dan literasi gizi harus terus digencarkan, dengan meyasar seluruh lapisan masyarakat.

 

Kelompok Gen Z, dimana mereka sangat dekat dengan informasi dan digitalisasi. Kelompok ini jika tidak dibekali dengan pemahaman gizi yang cukup, akan rentan terhadap informasi yang salah, dan juga menjadi sasaran komodifikasi makanan minuman yang tidak baik bagi tubuh mereka.

Baca Juga: Moms Perlu Tau, Susu Adalah Sumber Protein Hewani Terbaik untuk Anak

Sebagai contoh, minuman teh kekinian dengan toping kental manis yang berlebih ini dapat mengundang penyakit-penyakit lainnya.

 

Rata-rata mereka tidak sarapan sebelum berangkat ke sekolah, kebiasaan yang buruk kemudian kebiasaan jajan yang tidak sehat seperti es sasetan yang harganya 1.000-2000 rupiah dan makanan yang menggunakan bumbu-bumbu penuh dengan penyedap rasa.

 

Siswa jadi sering sakit perut dan kepala, tak jarang juga sering pingsan pada pelaksanaan upacara, atau kegiatan rutinnya.***

Editor: Nurmawati Ikromah

Tags

Terkini

Terpopuler