Sebelum Tewas, Santri di Kediri Dianiaya Senior di 3 Lokasi Berbeda, Polisi: Gunakan Tangan Kosong

- 1 Maret 2024, 09:00 WIB
Foto ilustrasi. Sebelum tewas, santri di Kediri dianiaya oleh senior di tiga lokasi. Tersangkak gunakan tangan kosong.
Foto ilustrasi. Sebelum tewas, santri di Kediri dianiaya oleh senior di tiga lokasi. Tersangkak gunakan tangan kosong. /Handout

WartaSidoarjo.com - Polres Kediri Kota telah menggelar rekonstruksi kematian BM (14), seorang santri PPTQ Al Hanifiyyah, Kecamatan Mojo, Kabupaten Kediri.

Sebelumnya, BM meninggal dunia usai dianiaya oleh sejumlah seniornya sesama santri. Ia dinyatakan tak bernyawa pada Jumat (23/2/2024).

Atas kematian BM, polisi menetapkan empat santri sebagai tersangka. Mereka yakni AF (16) asal Denpasar Bali, MN (18) asal Sidoarjo, MA (18) asal Kabupaten Nganjuk, dan AK (17) asal Surabaya.

Hingga kini, polisi masih terus mendalami kejadian yang terjadi di lingkungan pesantren tersebut. 

Terbaru, Polres Kediri Kota menggelar rekonstruksi secara tertutup. Adapun, rekonstruksi dilakukan di tiga tempat kejadian perkara (TKP).

Di TKP pertama, polisi menggelar tiga adegan, TKP kedua 12 adegan, dan TKP ketiga ada 40 adegan.

"Itu sekitar tiga waktu yakni tanggal 18 Februari, 21 Februari dan 22 Februari 2024 sampai 23 Februari dini hari," katanya di Kediri, Kamis (29/2/2024), dilansir Warta Sidoarjo dari ANTARA.

Rekonstruksi digelar supaya ada kesuaian tindak pidana dengan keterangan para tersangka dan saksi. Hasil rekonstruksi menunjukkan adanya penganiayaan yang dilakukan bersama-sama dan berulang-ulang hingga korban tewas. Masing-masing tersangka memiliki peran dalam menganiaya korban.

Adapun, aksi kekerasan berujung kematian itu terjadi di dalam pondok pesantren di tiga lokasi berbeda. Korban kemudian dilarikan ke puskesmas, Jumat (23/2/2024). Sayang, dokter menyatakan BM telah tidak bernyawa. Dokter mengungkapkan, ada banyak luka pada anggota tubuh bagian atas.

"Untuk penganiayaan sementara menggunakan tangan kosong. Benda tumpul yang ini sesuai dengan keterangan yang diterima terjadi luka di tubuh korban," ungkap dia.

Pihaknya juga mengatakan, dari keterangan para tersangka, modus penganiayaan adalah salah paham. Para senior merasa kesal dengan junior, selain itu juga ada kesalapahaman di area pesantren.

"Sementara lebih ke arah kesalnya senior ke junior. Ada hal lain yang membuat salah paham di lingkungan pesantren itu," ungkap dia.

Hingga kini Polres Kediri Kota telah memeriksa sembilan orang saksi. Namun pengasuh pesantren mangkir dari panggilan polisi hingga akan dijadwalkan ulang.

"Jadi, pengasuh pondok pesantren yang ikut mengantarkan jenazah pada hari H saat ini sudah kami monitor sedang koordinasi dengan keluarga korban di Banyuwangi.

Halaman:

Editor: Christine Ayu

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x