Dirjen Diktiristek Bicara Kesenjangan Pendidikan Tinggi

- 5 Mei 2024, 20:40 WIB
Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi (Dirjen Diktiristek), Kemendikbudristek, Prof. Dr. rer. nat. Abdul Haris, M.Sc
Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi (Dirjen Diktiristek), Kemendikbudristek, Prof. Dr. rer. nat. Abdul Haris, M.Sc /Humas Unesa

Wartasidoarjo.com—Pendidikan tinggi di Indonesia menghadapi tiga tantangan yaitu kesenjangan akses, kesenjangan kualitas, dan kesenjangan relevansi. Hal itu disampaikan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi (Dirjen Diktiristek), Kemendikbudristek, Prof. Dr. rer. nat. Abdul Haris, M.Sc., dalam FGD Bulan Pendidikan di UNESA pada Sabtu, 4 Mei 2024. 

Pertama, terkait kesenjangan akses, Dirjen Diktiristek menyebutkan angka partisipasi kasar akses pendidikan tinggi di Indonesia ada di kisaran 30-40%. Artinya, jumlah lulusan SMA/SMK/sederajat yang kuliah masih terbatas. Angka tersebut masih di bawah Vietnam dan Thailand, apalagi Singapura. 

Kedua, kesenjangan kualitas. Jumlah PTN dan PTS di Indonesia terbilang fantastis yaitu sekitar 4.356 perguruan tinggi. Banyaknya perguruan tinggi menimbulkan kesenjangan kualitas, baik dari aspek pembelajaran, hingga dosennya. 

Ketiga, kurangnya relevansi perguruan tinggi. Dengan hadirnya program merdeka belajar, kesenjangan antara lulusan perguruan tinggi dengan kebutuhan dunia industri semakin dipersempit. 

Guna menjawab kesenjangan tersebut, arah kebijakan dan strategi Ditjen Diktiristek yaitu meningkatkan angka partisipasi akses pendidikan tinggi, meningkatkan mutu dan relevansi, dan meningkatkan mutu dosen dan tenaga kependidikan. 

Berikutnya yaitu meningkatkan tata kelola pendidikan tinggi, dan penguatan visi riset, inovasi dan pengabdian kepada masyarakat. "Ini pekerjaan besar yang sudah kita lakukan untuk memecahkan tiga persoalan prioritas tadi," ucapnya. 

Dengan kompleksnya tantangan saat ini, dibutuhkan kerja sama dan kolaborasi yang kuat seluruh stakeholder pendidikan tinggi dalam menjawab permasalahan prioritas melalui misi bergerak bersama lanjutkan merdeka belajar. 

Guru Besar Geofisika di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia itu mengapresiasi komitmen UNESA PTNBH untuk menjadi world class university. 

Ada beberapa yang perlu diperhatikan untuk menjadi perguruan tinggi berkelas dunia yaitu pengajaran berstandar internasional, penelitian yang diakui dunia, kapasitas inovasi yang mampu menyelesaikan persoalan bangsa. 

Halaman:

Editor: Husni Habib


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah