Tips Batasi Penggunaan Gawai Anak Saat Pandemi Covid-19

25 Juli 2021, 10:30 WIB
Ilustrasi anak bermain gawai (gadget) /pixabay.com/Victoria_Borodinova

WartaSidoarjo.com – Di masa pandemi Covid-19, sebagian besar aktifitas dilakukan secara online di rumah atau work from home (WFH). Penggunaan gawai (gadget) pada anak pun semakin meningkat di masa ini. Untuk membatasinya, bisa menerapkan beberapa tips berikut.

Selama pandemi, pemerintah menghimbau untuk mengganti sistem yang awalnya dikerjakan di tempat kerja diganti di rumah.

Begitu pula para pelajar dari semua kalangan, yang awalnya belajar di sekolah kini diganti di rumah melalui media gadget.

Kegiatan WFH ini membuat tingginya penggunaan gadget yang semakin meningkat, baik dari kalangan anak-anak, remaja hingga dewasa.

Dikutip dari Antara, seorang psikolog lulusan Universitas Indonesia, Fathya Artha Utami, M.Psi mengatakan, “Di masa pandemi, penggunaan internet dan gadget meningkat drastis. Misalnya ketika orangtua sedang meeting, anak akhirnya diberi gadget,”.

Fathya juga menuturkan bahwa penggunaan gawai pada anak dapat disiasati dan diatur. Anak masih dapat menggunakan gadget namun tetap dengan batasan yang harus diterapkan.

Batasan terhadap penggunaan gadget ini dilakukan agar anak dapat mengerti maksud orangtua dan bersedia melakukannya.

Inilah beberapa tips untuk membatasi penggunaan gawai anak, yang disarankan oleh Fathya:

1. Jangan Terpaku pada Aktifitas Fisik

Untuk mengalihkan kegiatan bermain gadget, tidak hanya dengan kegiatan fisik. Apalagi orangtua pasti sudah lelah dengan pekerjaan mereka meskipun dilakukan secara WFH.

Ada berbagai aktifitas seru yang dapat dilakukan, seperti memprint-kan gambar hewan lalu mengajak untuk menggambar bersama pun sudah menjadi aktifitas belajar sambil bermain yang menyenangkan bagi anak.

2. Menggunakan gadget dengan Pendampingan Orangtua

Sebenarnya penggunaan gadget tidak semua negatif, asalkan dengan pendampingan orangtua. Peran orangtua sangat penting untuk memilihkan dan memilahkan mana yang boleh dan mana yang tidak boleh.

Orangtua juga harus menjadwalkan kapan anak bisa menggunakan gadget dan kapan harus lepas.

3. Hindari Hukuman pada Anak

Anak tidak mesti menurut pada apa yang telah menjadi aturan orangtua. Reaksi ini diungkapkan anak bisa dengan marah, berteriak maupun menangis. Meskipun begitu, tidak dianjurkan untuk memberi hukuman pada anak.

Menurut Fathya, dia tidak menyarankan untuk memberi hukuman karena anak yang marah tidak dapat menerima maksud orangtua.

Selain itu, orangtua juga akan semakin kelelahan jika harus menghadapi anak yang marah.

Fathya mengatakan, “Hukuman itu tidak efektif untuk membantu anak mengerti apa pun yang ingin orangtua ajarkan. Ketika kita memberi hukuman, kita akan kehilangan momen untuk menjelaskan kenapa orangtua marah,”.

4. Terbuka pada Anak

Jika anak marah, rangtua lebih baik membuka obrolan dengan anak, bertanya apa yang membuat anak marah serta menjelaskan perilaku yang orangtua harapkan.

“Anak (marah) karena mungkin Cuma itu hal yangbaru dia tahu. Kita harus memberi tahu bahwa ada opsi lain yan bisa dilakukan. Orangtua bisa redirect ke perilaku yang lebih konstruktif. Namun memang butuh waktu untuk memandu dan meregulasi emosi anak,” tutur Fathya.

Editor: Afiyah Romadhoni

Sumber: ANTARA

Tags

Terkini

Terpopuler