Pesantren Nurul Ulum Jember Bekali Ketrampilan Santri Mengola Kopi Serta Berdayakan Petani Kopi Lokal

- 23 Oktober 2021, 19:05 WIB
Produk kopi dari pesantren Nurul Ulum Jember
Produk kopi dari pesantren Nurul Ulum Jember /Warta Sidoarjo/Dwita Ebo

WartaSidoarjo.com - Pesantren Nurul Ulum tidak hanya fokus membina akhlak generasi penerus bangsa saja, namun sejak tahun 2012, pesantren di Jember ini juga memikirkan bagaimana meningkatkan ekonomi pesantren dan warga sekitar.

 

Pesantren ingin memberikan keterampilan wirausaha kepada para santri sekaligus masyarakat, khususnya petani kopi yang memang daerah setempat kaya akan potensi kopi.

 

Gus Tantowi Ketua Yayasan Ponpes Nurul Ulum mengatakan jika pesantren memanfaatkan sumber daya alam di daerah tersebut, untuk dijadikan produk unggulan pesantren. Kopi khas Silosanen ini menariknya memiliki kekhasan paduan unsur coklat.

Baca Juga: Ketahui Cara Membantu Anak Mengelola Stres akibat Pandemi, Jangan Dibiarkan, Dampaknya Sangat Membahayakan

“Kopi di sini memang mempunyai kekhasan, kopi Silosanen ini kental dan khas kecoklatan. Kopi Robusta yang Kami budidayakan ada kecoklatannya,” terangnya

 

Sebelumnya dikatakan Gus Tantowi jika masyarakat hanya menjual biji kopinya saja, kemudian orang lain yang menjual dalam bentuk bubuk. Maka dari itu,pihaknya ingin ada perubahan yang berdampak positif bagi perekonomian.

 

“Kami membuat produk Kopi Bubuk, karena masyarakat di sini penghasilan utamanya adalah dari kopi. Kami pihak pesantren dengan visi sebagai agent of change, berusaha agar kita bisa memutus mata rantai harga dari petani ke pengepul. Disamping itu juga akan memodif untuk menjual kopi dalam bentuk bubuk ke pasaran,” jelasnya.

 

Menurutnya, kopi yang dikembangkan ini tidak mencampur dengan kopi daerah lain. Murni hasil bumi daerah Desa Pace, Jember.

Baca Juga: 5 Perilaku Ini Bisa Menghambat Karier di Tempat Kerja, Terjebak Zona Nyaman hingga Sibuk Campuri Urusan Orang

“Kami hanya mengolah dan menjual kopi bubuk khas pegunungan Silosanen, yang lokasinya sangat dekat dengan di sini. Ini merupakan murni hasil bumi dari masyarakat dan pesantren di Desa Pace,” ungkapnya.

 

Kopi yang diberi label nama “An – Najun” ini berbentuk bubuk, yang dikemas dalam plastik mulai dari ukuran seperempat kilogram hingga 1 kilogram. Tak hanya itu, pesantren juga menawarkan kemasan dalam bentuk saset.

 

“Terbaru itu, kami pertama buat 1000 saset. Dan alhamdulillah, sambutan masyarakat luar biasa,” ucapnya. 

 

Untuk menjamin mutu terbaik, Pesantren yang bergabung bersama program OPOP Jatim ini, memproduksi kopi bubuk dengan alat tradisional, terutama proses sangrai dan penumbukan. Yaitu disangrai dengan menggunakan kayu bakar dan ditumbuk dengan memakai lesung, tidak diselep.  

“Kami ingin mempertahankan ciri khas kopi desa dengan aroma yang khas pula,” pungkasnya.***

 

 

Editor: Nurmawati Ikromah


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah