Bank Dunia memperkirakan ekonomi Sri Lanka akan berkontraksi sebesar 4,3 persen tahun ini, mencerminkan dampak jangka panjang dari krisis utang makro, dengan prospek pertumbuhan di masa depan sangat bergantung pada restrukturisasi utang dan reformasi struktural.
Sri Lanka mengikuti tahun kalender. Pada bulan Januari, Presiden Ranil Wickremesinghe mengatakan ekonomi Sri Lanka dapat mengalami kontraksi sebesar 3,5 persen atau 4,0 persen pada tahun 2023 setelah menyusut 11 persen tahun lalu.
Inflasi di Asia Selatan diperkirakan turun menjadi 8,9 persen tahun ini, dan di bawah 7 persen pada 2024, kata Bank Dunia.***