“Kami membuat produk Kopi Bubuk, karena masyarakat di sini penghasilan utamanya adalah dari kopi. Kami pihak pesantren dengan visi sebagai agent of change, berusaha agar kita bisa memutus mata rantai harga dari petani ke pengepul. Disamping itu juga akan memodif untuk menjual kopi dalam bentuk bubuk ke pasaran,” jelasnya.
Menurutnya, kopi yang dikembangkan ini tidak mencampur dengan kopi daerah lain. Murni hasil bumi daerah Desa Pace, Jember.
“Kami hanya mengolah dan menjual kopi bubuk khas pegunungan Silosanen, yang lokasinya sangat dekat dengan di sini. Ini merupakan murni hasil bumi dari masyarakat dan pesantren di Desa Pace,” ungkapnya.
Kopi yang diberi label nama “An – Najun” ini berbentuk bubuk, yang dikemas dalam plastik mulai dari ukuran seperempat kilogram hingga 1 kilogram. Tak hanya itu, pesantren juga menawarkan kemasan dalam bentuk saset.
“Terbaru itu, kami pertama buat 1000 saset. Dan alhamdulillah, sambutan masyarakat luar biasa,” ucapnya.